zaldi naziri

Sabtu, 05 Februari 2011

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA


  
 PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM


PENGGUNAAN GARAM (NaCl) DAN EKSTRAK
LENGKUAS (Alpina galanga SW) SEBAGAI PENGGANTI ANTIBIOTIK UNTUK MENGATASI INFEKSI
JAMUR Saprolegnia sp. PADA IKAN PATIN



BIDANG KEGIATAN :
PKM-AI



Diusulkan Oleh :


Zaldi                        (061110346/2006)
Lindha Yulianti      (071110261/2007)
Peni Muntarsih      (051110153/2005)




UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
PONTIANAK
2010

HALAMAN PENGESAHAN USUL
PKM-AI


1.  Judul kegiatan     : Penggunaan Garam (NaCl) dan Ekstrak Lengkuas (Alpina galanga SW) sebagai Pengganti Antibiotik untuk Mengatasi Infeksi Jamur Saprolegnia sp. pada Ikan Patin

2.  Bidang Kegiatan :  PKM-AI     
3.  Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap                                   :  Zaldi
b. NIM                                                   :  061110346
c. Jurusan                                               :  Budidaya Perairan
d. Universitas/ Institut/ Politeknik         :  Muhammadiyah Pontianak
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP         :  Dusun Sejalan, Semperiuk. B Jawai Selatan / 085252411400
f. Alamat e-mail                                     :  zaldi_fpik@yahoo.co.id
4.  Anggota Pelaksana Kegiatan/ Penulis    :  2 orang
5.  Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar                  :  Ir. Eko Dewantoro, M. Si
b. NIDN                                                 :  0027096509
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP         :  Jl. H. Rais A. Rahman, Gg. Keluarga 42 Pontianak 78115 / 081345660540


                                                                                          Pontianak, 22 Maret 2010
Menyetujui
Ketua Jurusan/Program Studi/Departemen/                      Ketua Pelaksana Kegiatan
Pembimbing Unit Kegiatan mahasiswa                     



   (Farida, S.Pi)                                                                                 (Zaldi)
   NIDN. 1111098202                                                              NIM. 061110346


Pembantu  Rektor
Bidang Akademik                                                                Dosen Pendamping
dan Kemahasiswaan



(Ir. Hendry Yanto, M.Si)                                                (Ir. Eko Dewantoro, M. Si)
     NIDN. 0010126711                                                           NIDN. 0027096509

Penggunaan Garam (NaCl) dan Ekstrak Lengkuas ( Alpina galanga SW) Sebagai Pengganti Antibiotik Untuk Mengatasi Infeksi  Jamur
 Saprolegnia sp. Pada Ikan Patin.

Zaldi, Lindha Yulianti, Peni Muntarsih
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Muhammadiyah Pontianak


Abstrak

Kegiatan untuk pembudidayaan ikan tidak lepas dari berbagai masalah salah satunya penyakit jenis jamur Saprolegnia sp. Penggunaan garam dapur dan ekstrak lengkuas merupakan alternative yang murah, mudah dan tidak berisiko dalam pengobatan serta mempunyai daya bunuh jamur yang baik. Tujuan penelitian untuk mengetahui komposisi NaCl dan lengkuas yang paling tepat sebagai alternatif pengganti antibiotik untuk mengatasi infeksi Saprolegnia sp. pada ikan patin.        
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap pola factorial. Faktor I lengkuas diberikan dalam dua konsentrasi (0 dan 4%) dan faktor II garam (NaCl) dalam 4 konsentrasi (0, 1, 2 dan 3%). Ikan uji yang digunakan adalah  ikan patin ukuran 8 cm yang diinfeksikan jamur saprolegnia sp.
Kelangsungan hidup ikan yang diteliti pada Perlakuan B dan F 100%, ikan patin hanya mampu bertahan hidup maksimal pada konsentrasi garam 1%. Persentase kesembuhan ikan tertinggi pada perlakuan mencapai 86,67%, dari data transformasi arcsin diperoleh F hitung  61,003 lebih besar dari F tabel 1 % (4,44) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak atau tiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata. Konsentrasi garam diatas 1% berakibat kelangsungan hidup ikan rendah sehingga dapat menyebabkan persentase kesembuhan ikan menurun. Pengobatan yang terbaik dilakukan dengan menambahkan ekstrak lengkuas dengan kadar garam tidak melebihi 1%.

Kata kunci : Saprolegnia sp, lengkuas, garam

Abstract

            Activity for aquakultur of fish don't get out of various problem one of them is disease of type of mushroom of Saprolegnia sp. Use of cooking salt and extract of alpine galanga represent cheap alternative, easy to and don’t problem in medication and also have energy kill good mushroom. Target of Research to know composition of most precise NaCl alpine galanga and alternatively substitute of antibiotic to overcome infection of Saprolegnia sp.
            This research is done  by using complete random device of pattern factorial. Factor of I of alpine galanga given in two concentration ( 0 and 4%) and factor of II salt ( Nacl) in 4 concentration ( 0, 1, 2 and 3%). Test used by fish of size measure 8 cm which infection of mushroom of Saprolegnia sp.
            Continuity of life of fish checked at Treatment of B and F 100%, fish of cat fish only the living on able to be maximal at concentration of salt 1%. percentage Healing of highest fish at treatment reach 86,67%, from data of transformasi arcsin obtained by F/calculate 61,003 bigger than F of is tables of 1 % ( 4,44) meaning is every treatment show different result very real. Concentration of above Salt 1% causing the continuity of life of low fish so that can cause percentage healing of downhill fish. best medication done enhancedly is extract of Alpine galanga with rate of salt don’t exceed 1%.

Keywords : Saprolegnia Sp, alpine galanga, salt.


PENDAHULUAN
Dewasa ini sektor perikanan Indonesia semakin pesat dan telah memberikan kontribusi di pasar dunia. Hal ini terbukti dengan maraknya ekspor komoditas perikanan Indonesia di Mancanegara, salah satu ikan yang sering diekspor adalah ikan patin (Pangasius djambal) (1). Eksportir di Indonesia menyatakan kesanggupan untuk menampung produksi patin Indonesia untuk diekspor ke Amerika Serikat dan negara-negara Eropa. Permintaan ikan patin di Eropa saat ini juga sangat tinggi, hal ini menyusul dengan adanya kebijakan Uni Eropa untuk membatasi perburuan ikan cod. Ikan patin memiliki kemiripan tekstur dengan ikan cod (2). Ikan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi, rasanya yang lezat, nilai gizinya tinggi, pertumbuhan cepat sehingga digemari masyarakat. Seiring dengan keberhasilan tersebut terdapat beberapa tantangan yang harus diselesaikan oleh para inovator perikanan agar tidak menjadi hambatan kemudian hari. Beberapa tahun terakhir sering terjadi pencekalan terhadap produk-produk olahan perikanan. Indonesia karena mengandung zat tertentu (antibiotik) yang melebihi batas standar yang diberlakukan.
Saprolegnia sp. merupakan jamur yang sering menyerang segala jenis ikan dan segala tingkatan umur, mulai dari telur sampai ikan dewasa. Menyerang ikan di segala macam lingkungan dan akan berkembang dengan cepat bila suhu turun atau cuaca dingin. Biasanya jamur ini merupakan infeksi sekunder pada luka atau ikan yang diserang bakteri (3). Saprolegnia sp. dapat diketahui dengan mudah sebab terlihat adanya sekumpulan benang halus (hypha) yang tampak seperti kapas.Kumpulan benang ini biasanya terlihat di bagian kepala, tutup insang atau sirip. Sedangkan telur ikan yang diserang akan terlihat seperti dilapisi kapur dan dapat menghambat pernapasan sehingga menyebabkan telur mati atau tidak menetas (4). Kemudian dipertegas (5), ikan yang diserang Saprolegnia sp. menyebabkan perubahan warna pada kulit dan tumbuh jamur putih keabu-abuan yang makin lama makin melebar dan menyebabkan kerusakan pada otot.
Dibidang perikanan antibiotik dapat dimanfaatkan untuk tindakan pencegahan dan pengobatan dalam mengatasi serangan penyakit yang di sebabkan oleh jamur, bakteri, protozoa dan virus (6). Parasit yang sering muncul pada ikan patin dan telurnya dapat menyebabkan infeksi sekunder ialah jamur. Salah satunya adalah infeksi Saprolegnia sp. yang dapat diatasi dengan penggunaan antibiotik  malachite green..Zat antibiotik tersebut akan terakumulasi pada tubuh ikan karena tidak dapat diuraikan secara sempurna. Antibiotik yang digunakan untuk menanggulangi ikan patin yang diserang saprolegnia sp. sudah sering dilakukan. Jika antibiotik digunakan tidak semestinya antibiotik justru akan mendatangkan berbagai masalah (7). Ada beberapa hal yang harus selalu diingat, antibiotik sangat efektif membunuh bakteri tetapi tidak dapat membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat diobati dengan antibiotik adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Penggunaan antibiotik secara sembarangan selain tidak ekonomis dan berdampak mencemari lingkungan sehingga dikhawatirkan dapat menimbulkan strain-strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Setiap antibiotik mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena itu, antibiotik harus dipilih dengan seksama. Ketepatan dosis sangat penting diperhatikan. Tidak tepat dosis dapat menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan justru dapat merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya.
Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan bahan tersebut terakumulasi di dalam tubuh ikan, untuk itu diperlukan solusi pengganti antibiotik dengan bahan yang aman, ekonomis namun tetap bermanfaat dan berkhasiat seperti NaCl  (8)  dan lengkuas (9). Hasil penelitian menunjukkan buah lengkuas mengandung asetoksichavikol asetat dan asetoksieugenol asetat yang bersifat antiradang  dan antitumor Yu et al. (10). Secara tradisional dari sejak zaman dahulu kala, parutan rimpang lengkuas kerap digunakan sebagai obat penyakit kulit, terutama yang disebabkan oleh jamur seperti panu, kurap, exsim, jerawat, koreng dan bisul. Berdasarkan atas aktivitas biologi yang telah diteliti rimpang lengkuas memiliki aktivitas membunuh jamur (11). Kandungan aktif tanaman lengkuas ada kaitannya dengan pengobatan penyakit kulit adalah asam askorbat, betakaropten, komfor, euganol dan galangin yang semuanya terkandung dalam rimpang.
 Garam dengan nama senyawa kimia sodium atau natrium chlorida (NaCl) merupakan bagian dari sodium yang sangat diperlukan tubuh. Kandungan garam dalam batas normal dibutuhkan untuk mempertahankan cairan dalam tubuh untuk sirkulasi darah. Apabila kandungan garam berlebihan akan menyebabkan massa kepadatan tulang berkurang atau osteopeni (12). Garam sudah lama digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu juga kerap digunakan sebagai anti jamur (8). Kadar garam yang tinggi dapat berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan dengan seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi. Garam mampumembunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich, white spot.


TUJUAN
            Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui komposisi NaCl dan lengkuas yang paling tepat sebagai alternatif pengganti antibiotik untuk mengatasi infeksi Saprolegnia sp. pada ikan patin.



METODE PENELITIAN
            Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Percobaan dilakukan pada tahap persiapan dan pengamatan (observasi). Persiapan di lapangan dengan mencari inang jamur Saprolegnia sp., sedangkan percobaan di laboratorium pada tahap penginpeksian dan pengobatan serta pengamatan ikan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muhammadiyah Pontianak, pada tanggal 3 Maret –2 Mei 2009.
Persiapan Penelitian
         Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah  ikan patin ukuran 8 cm sebanyak  120 ekor, rimpang lengkuas, NaCl, aquadest, glukosa, yeast ekstrak, agar, oxodinic acid dan  tetramycin. Sedangkan alat yang digunakan dalam kegiatan ini antara lain akuarium ukuran 10 liter sebanyak 24 buah, autoklaf, aerator, petri dish, mikroskop elektron, pinset, gunting, pisau, sarung tangan, tisu, waring, serokan, ember, cover galss, termometer, pH test, DO meter, ball point, refraktometer, buku catatan, penggaris dan alat dokumentasi.
         Untuk menghasilkan kualitas lengkuas yang baik maka lengkuas yang digunakan lengkuas yang telah di ekstrak. Ekstarak lengkuas didapat dengan cara mengekstrak secara manual yaitu rimpang lengkuas dicuci dan diiris kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 60 0C, setelah itu digiling dengan blender hingga menjadi serbuk.
            Jamur Saprolegnia sp. yang digunakan adalah jamur hasil kultur dilaboratorium, dimana inukolan jamur didapat dari ikan yang terinfeksi berasal dari panti-panti benih. Kultur jamur Saprolegnia sp menggunakan media 1 l aquadest, 5 g glukosa, 2,5 g yeast extract yang dicampur hingga homogen dan dipanaskan. Kemudian bahan tersebut disterilisasi pada suhu 121oC dalam autoclave, sebelum dituang dalam petridisk campurkan Oxolinic dan tetramycin  ke dalam media tersebut
         Garam yang digunakan adalah jenis garam dapur (NaCl) yang biasa digunakan untuk untuk pengobatan ikan dan sterilisasi akuarium. Untuk memberikan perlakuan larutan garam yang tepat harus diketahui banyak air dalam wadah. Pada  penelitian ini digunakan air sebanyak 5 liter. Jadi, konsentrasi garam dikalikan dengan liter air dalam wadah.

Pemberian Garam (NaCl) dan Lengkuas pada Ikan Patin dan Proses Pengujiannya

            Ada 4 kadar garam dan 2  kadar lengkuas yang diberikan pada ikan yang dinfeksikan. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola Faktorial dengan dua perlakuan dan 3 ulangan, yaitu lengkuas dan NaCl. Faktor I lengkuas diberikan dalam dua konsentrasi (0 dan 4%) dan faktor II garam (NaCl) dalam 4 konsentrasi (0, 1, 2 dan 3%), sehingga kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut: Perlakuan A (A1B1) lengkuas 0 garam 0, Perlakuan B (A1B2) lengkuas 0 garam 1 %, Perlakuan C (A1B3) lengkuas 0 garam 2 %, Perlakuan D (A1B4) lengkuas 0 garam 3 %, Perlakuan E (A2B1) lengkuas 4 % garam 0, Perlakuan F (A2B2) lengkuas 4 % garam 1 %, Perlakuan G (A2B3) lengkuas 4 %, garam 2 %,  Perlakuan H (A2B4) lengkuas 4 % garam 3 %.
            Ikan uji dimasukkan dalam akuarium kaca dengan volume air 5 liter per akuarium, setiap wadah diisi ikan sebanyak 5 ekor. Ikan yang digunakan adalah ikan patin berukuran 8 cm. Saprolegnia sp. yang sudah dikultur kemudian dimasukkan ke dalam wadah penelitian yang kemudian tercampur dengan ikan uji, dengan demikian Saprolegnia sp. akan menginfeksi ikan tersebut. Ekstrak lengkuas dan garam diukur dengan kadar sesuai perlakuan, kemudian garam dan ekstrak lengkuas dilarutkan ke dalam wadah penelitian. Ikan yang diserang Saprolegnia sp. terlihat adanya sekumpulan benang halus (hypha) yang tampak seperti kapas di bagian kepala, tutup insang atau sirip. Perubahan warna pada kulit serta tumbuh jamur putih keabu-abuan yang makin lama makin melebar dan menyebabkan kerusakan pada otot.
           
Peubah Yang Diamati

            Tingkat kesembuhan ikan  merupakan persentase jumlah ikan yang sembuh dibagi dengan jumlah ikan yang terinfeksi penyakit. Ikan dikatakan sembuh dengan ciri-ciri pergerakannya kembali aktif, berenangnya normal, nafsu makan bertambah dan tidak terdapat lagi benang-benang halus seperti kapas pada bagian tubuh ikan. Kelangsungan hidup (SR) ditentukan dengan menghitung jumlah ikan yang diperoleh pada akhir percobaan (Nt), kemudian dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal percobaan (N0) melalui rumus SR = Nt / N0 x 100 %. Kualitas air yang diamati sebagai data pendukung dari penelitian ini adalah  adalah suhu, pH, salinitas dan Do.


HASIL DAN PEMBAHASAN
            Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap obyek penelitian mengenai penggunaan garam (NaCl) dan ekstrak lengkuas untuk mengatasi benih ikan Patin yang terserang jamur Saprolegnia sp., diperoleh data persentase kelangsungan hidup, persentase kesembuhan ikan dan kualitas air.
            Sebelum dianalisis keragamannya data diuji terlebih dahulu kehomogenitasanya menggunakan uji homogenitas ragam barlette (13), ternyata data tersebut tidak normal dan tidak homogen sehingga data harus ditranformasi menggunakan metode Tranformasi  Arcsin (14) hingga data homogen.

Persentase Kesembuhan Ikan

Berdasarkan Gambar 1. persentase kesembuhan ikan tertinggi pada perlakuan F (garam 1%, lengkuas 4%) mencapai 86,67%. Perlakuan A sebagai kontrol  dan perlakuan C, D serta H menunjukkan persentase kesembuhan tidak ada sama sekali. Persentase kesembuhan 0% pada perlakuan C, D dan H disebabkan kelangsungan hidup 0%. Pesentase kesembuhan  tertinggi berikutnya berturut-turut pada perlakuan B, E dan G. Konsentrasi garam diatas 1% berakibat kelangsungan hidup ikan rendah sehingga dapat menyebabkan persentase kesembuhan ikan menurun.


                      Gambar 1. Persentase Kesembuhan Benih Ikan Patin Selama Penelitian

Berdasarkan  uji  homogenitas Bartlett maka data diperoleh data yang bersifat tidak homogen  dan dilanjutkan dengan transformasi arcsin. Hasil analisis varians (Anava) tiap perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda sangat nyata (P<0.01). Kemudian dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).

Tabel 1. Uji Homogenitas Ragam Barlet Kesembuhan Ikan Patin
Kadar Lengkuas (Persen)
Kadar Garam (Persen)
Rata-Rata Kesembuhan
(0%)
(1%)
 (2%)
(3%)
 (0%)
0a
(a)
66,67b
(b)
0a
(a)
0a
(a)
16,67
(c)
(4%)
40a
(b)
86,67b
(b)
13,33c
(c)
0d
(a)
35
(b)
Rata-Rata Kesembuhan
20c
76,67b
6,67d
0a
25,84
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam tanda kurung untuk vertikal dan tanpa tanda kurung untuk horizontal) menunjukan tidak berbeda nyata (P < 0.05)
Pengujian BNT untuk semua perlakuan menunjukan  bahwa perlakuan F memiliki tingkat kesembuhan yang tertinggi diantara semua perlakuan, dari data ini dapat diketahui bahwa ekstrak lengkuas dapat lebih efektif jika dipadukan dengan garam.  Hal yang sebaliknya juga berlaku untuk garam. Penggunaan garam untuk mengobati infeksi jamur Saprolegnia sp harus diperhatikan dengan sangat teliti karena pada perlakuan C, perlakuan D dan perlakuan H pengaruh lethal garam menyebabkan benih ikan mati, hal ini tidak berbeda nyata dengan perlakuan A sebagai kontrol. Pemberian ekstrak rimpang lengkuas juga memberikan hasil yang positif terhadap upaya penyembuhan infeksi jamur Saprolegnia sp. Ini tentunya ekstrak rimpang lengkuas memilki kandungan bahan komponen bioaktif lengkuas yang bersifat larut air adalah golongan senyawa fenolik (15) dan larut dalam fraksi etanol (eugenol, asetosiugenol asetat, bisabolene, farnesen) serta kandungan minyak atsiri. Mekanisme penghambatan pertumbuhan ekstrak rimpang lengkuas kemungkinan melalui perusakan permeabilitas membran sel (16). Selain itu juga karena memiliki efek sitotoksisitas yang mampu merusak DNA pada sel mikroba (17).
Pengantian antibiotik sintetik untuk mengatasi infeksi jamur pada ikan dengan menggunakan ekstrak lengkuas dan garam dinilai lebih ramah lingkungan. Umumnya pembudidaya menggunakan Malachite Green ataupun Methilyne Blue untuk mengatasi serangan fungi (18). Jamur yang sering menyerang benih ikan patin adalah dari golongan Achlya sp. dan Saprolegnia sp. Cara pengobatannya dengan perendaman dalam larutan Malachite Green Oxalate dengan dosis 2-3 gram/m3 air selama 30 menit, diulang sampai tiga hari berturut-turut. Penulis lain mengatakan Methilyne Blue dapat membahayakan filter biologi (19). Penggunaan ekstrak lengkuas dan garam menjadi lebih efektif karena dampak yang kecil terhadap lingkungan karena bersifat organik.

Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup dinyatakan dengan persentase jumlah ikan hidup dalam jangka waktu tertentu dibagi jumlah ikan ditebar (20).
Gambar 2. Diagram Persentase Kelangsungan Hidup Ikan Patin Selama Masa Penelitian
Berdasarkan diagram diatas, dapat dilihat pada perlakuan C, D dan H kelangsungan hidup ikan 0%. Perlakuan tersebut menggunakan konsentrasi garam terlalu tinggi sehingga ikan tidak dapat mentolerir salinitas yang berhubungan dengan proses osmosis dan mengakibatkan kematian ikan. Berdasarkan peneltian  diketahui bahwa, ikan patin hanya mampu bertahan hidup maksimal pada konsentrasi garam 1%. Pada perlakuan G kelangsungan hidup ikan 13,33%, penambahan lengkuas dapat menurunkan salinitas air sehingga beberapa ekor ikan dapat bertahan. Tanpa penggunaan garam dan lengkuas pada perlakuan A kelangsungan hidup hanya 26,67% setelah terinfeksi jamur 72 jam. Hal ini tetunya karena pemberian garam yang melebihi 1% menyebabkan proses osmoregulasi pada ikan menjadi tidak seimbang yang berakibat pada kematian. Dimana ikan air tawar pada umumnya memerlukan 0,9% kadar garam, 2% (20 g/l) dapat digunakan untuk perendaman jangka pendek (short bath) yang berlangsung hanya beberapa detik saja (21).

Tabel 2. Uji Homogenitas Ragam Barlet Kelangsungan Hidup Ikan Patin
Kadar Lengkuas (Persen)
Kadar Garam (Persen)
Rata-Rata Kelangsungan Hidup
 (0%)
 (1%)
 (2%)
 (3%)
 (0%)
26,67a
(a)
100b
(b)
0c
(c)
0c
(c)
31,67
(a)
 (4%)
93,33a
(b)
100a
(b)
13,3b
(c)
0b
(c)
51,67
(b)
Rata-Rata Kelangsungan Hidup
60a
100a
6,67b
0b
25,84
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama (dalam tanda kurung untuk vertikal dan tanpa tanda kurung untuk horizontal) menunjukan tidak berbeda nyata (P < 0.05)
Berdasarkan  uji  homogenitas barlet terhadap kelangsungan hidup ikan patin didapat hasil X2 hitung (146,59)  lebih besar dari X2 tabel 1% (18,5), maka data diperoleh data yang bersifat tidak homogen dan dilanjutkan dengan transformasi  arcsin. Hasil analisis varians (anava) terhadap kelangsungan hidup ikan patin dari data transformasi arcsin didapat berbeda sangat nyata (P<0.01). Berdasarkan koefesien keragaman (KK) hasil pengujian tersebut berbeda sangat nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT),
Hasil uji BNT untuk semua perlakuan menunjukan bahwa pada perlakuan C, perlakuan D dan perlakuan H benih ikan patin mengalami kematian total yang berarti bahwa kadar garam pada perlakuan tersebut bersifat lethal. Perlakuan B, perlakuan E dan perlakuan F memiliki perbedaan yang tidak nyata, maka dapat diketahui bahwa penambahan ekstrak lengkuas memiliki efek terhadap kelangsungan hidup benih ikan patin, karena pada perlakuan E persentase kehidupan lebih tinggi dibanding dengan persentase kehidupan pada perlakuan A. Adanya hasil kelangsungan hidup ikan dengan penambahan ekstrak lengkuas terhadap perlakuan garam diatas 1% dan ditambahkan dengan ekstrak lengkuas sebnayak 4% menjadi tinggi ini diduga karena kandungan pada rimpang lengkus terutama saponin, tanin dan flavonoida yang bekerja dapat mengikat senyawa-senyawa pada garam sehingga dapat memstabilkan dari proses osmoregulasi pada ikan khusnya pada benih (22).

Kualitas Air Selama Penelitian

Berdasarkan dari pengamatan kualitas air selama penelitian, pH air ialah 6,4-7,1  menunjukan bahwa pH masih berada dalam kondisi yang optimal. Dengan demikian diketahui bahwa mereka masih dapat mentolerir nilai pH lebih rendah atau lebih tinggi dari kisaran tersebut. Hal yang perlu diperhatikan adalah membiarkan terlebih dahulu ikan patin yang akan dipelihara untuk beradaptasi dengan kaulitas air yang kita siapkan sangat tidak disarankan untuk melakukan pergantian air atau melakukan perubahan kualitas air secara drastis. Dari hasil pengukuran DO selama penelitian adalah 3,8–5,1 ppm , jumlah kadar oksigen yang terlarut di dalam air dapat diketahui dengan mengamati perilaku ikan ikan patin terutama cara bernapasnya. Suhu selama penelitian relatif sama yaitu 28 0C,  suhu tersebut merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan benih ikan patin. Sedangkan salinitas air penelitian 1-19,3 ppt tergantung konsentrasi garam yang diberikan. Faktor yang mempercepat ikan terserang jamur Saprolegnia sp. yakni adanya luka-luka pada kulit, temperatur yang rendah dan kondisi lingkungan yang tidak baik (23).


KESIMPULAN DAN SARAN
Untuk kelangsungan hidup ikan perlakuan yang terbaik F (garam 1%, lengkuas 4 %) dan B (garam 1%, lengkuas 0) sedangkan kesembuhan ikan perlakuan F (garam 1%, lengkuas 4 %) yang terbaik. Pemberian garam dan ekstrak lengkuas memberikan kesembuhan yang optimal, karena garam yang dapat membunuh jamur terdukung oleh kandungan zat anti jamur yang dikandung ekstrak lengkuas. Pemberian ekstrak lengkuas pada larutan garam juga dapat menurunkan tingkat lethal garam sehingga ikan lebih tahan terhadap garam.
            Disarankan pada penelitian selanjutnya dapat meneliti efek garam dan ekstrak lengkuas untuk mengatasi infeksi Saprolegnia sp pada ikan yang lainnya dengan mengunakan konsentrasi 4% lengkuas dan 1% garam.


DAFTAR PUSTAKA
(1)     Kordik, M.G.H. 2005. Budidaya Ika Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. hlm 17-20.

(2)    Agribisnis dan Aquacultures. 2007. Prospek Usaha Ikan Patin Menjanjikan. Available from: URL: http://www/citra karyanusantara.blogspot.com/. Accessed Agustus 15, 2008.

(3)     Lesmana, D.S. 2003. Mencegah dan Menaggulangi Penyakit Ikan Hias. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm 8-15.
(4)     Afrianto, E. dan E. Liviawaty. 2006. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Yogyakarta: Kanisius  hlm 8-15.
(5)     Fish Stock. 2008. Aspek Produksi, Budidaya Pembesaran Ikan Patin. Available from: URL: http://www/Kliping Dunia Ikan dan Mancing.htm. Accessed Maret 12, 2008.
(6)     Judarwanto, W. 2006. Pemberian Antibiotika Berlebihan pada Anak. Available from: URL: http://www/avianflutidakseindahnamanya. blogspot. com/2006/10/waspadai-pemberian-dan-peresepan.html. Accessed Agustus 21, 2008.
(7)     Medicastore. 2006. Antibiotika.  Available from: URL: http://www/ Medicastore.Com/apotik_online/ antibiotika.Htm. Accessed Maret 11, 2010.
(8)     O-Fish. 2003. Garam Ikan Fungsi dan Kegunaannya. Available from: URL:http://www.O-fish.com/HamaPenyakit/garam_ikan.php. Accessed Maret 12, 2010.
(9)     Blogspot. 2007. Lengkuas Anti Jamur dan Anti Kembung. Available from: URL: http:// www/sehat herbal.blogspot.com/2007/05/lengkuas-anti-jamur–dan-antikembung. html. Accessed Maret 22, 2008.
(10)   Sinaga, E. 2006. Lengkuas Tanaman obat.  Available from: URL: http://www.iptek.apjii.or.id/artikel/ ttg tanman obat /unas/lengkuas.pdf. Akes Maret 12, 2010.
(11)   Santoso, D. dan Gunawan, D. 2002. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Yakarta: Penebar Swadaya. hlm 58-63.
(12)   Organisasi.Org. 2009 .Macam dan Jenis Garam Mineral yang Dibutuhkan Tubuh Manusia–Biologi. Available from: URL: http://www.organisasi.org/ macam_dan_jenis_garam_mineral_yang_dibutuhkan_tubuh_manusia_biologi. Accessed Maret 12, 2010.
(13)   Sudjana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.  hlm 235-236.
(14)   Gaspersz, P. 1991. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu-ilmu Pertanian, Ilmu Teknik dan Biologi. Bandung: Armico. hlm 47-53.
(15)   Lamapaha, F., Novi, S. dan Rupilu. 2010. Available from: URL: http://www/scribd.com/doc/ 16898626/Potensi-Lengkuas. 14/02.2010. Accessed Maret 11, 2010.
(16)   Handajani, N.S dan Purwako, T. 2008. Aktivitas Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga) terhadap Pertumbuhan Jamur Aspergillus spp. Penghasil Aflatoksin dan Fusarium moniliforme. Biodiversitas. 9 (3) : 161-164
(17)   Arniputri, R.B.,  Amalia T.S. dan Muji, R. 2008. Identifikasi Komponen Utama Minyak Atsiri Temu Kunci (Kaemferia pandurata Roxb.) pada Ketinggian Tempat yang Berbeda. Surakarta: Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 8 (2): 135-137.
(18)   Choirul. 2009. Aspek Produksi Budidaya Pembesaran Ikan Patin. Available from: URL: http://www/ikan/patin/ 4_Produksi ikan.Patin.htm. Accessed Maret 11, 2009
(19)   O-Fish. 2008. Serangan Jamur Pada Telur Ikan. Available from: URL: http://www/O-fish.com/HamaPenyakit/ jamurtelur.php. Accessed Maret 12, 2010.

(20)   Effendie, M.I. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara . hlm 16-27.

(21)   Prastowo, B. 2008. Mengenal Ki Pahang (Pongamia pinnata) sebagai Bahan Bakar Alternatif Harapan Masa Depan. Bogor: Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman industri Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 14 (1):  5-8.
(22)   Purwantini ,I., Purwantiningsih. dan Oktavia, E.P. 2008. Efek Analgesik Fraksi Etanol dari Ekstrak Etanol Daun Mindi (Melia azedarach L.) pada Mencit Jantan. Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada.
(23)   Supriyadi, H. dan Hardjamulia, A. 1985. Pedoman Cara-cara Pencegahan Wabah Penyakit Bacterial dan Parasiter dalam Usaha Budidaya Ikan Air Tawar. Makalah. Bogor: Lokakarya Nasional Teknologi Tepat Guna Pengembangan Perikanan Budidaya Air Tawar




SURAT PERNYATAAN  SUMBER PENULISAN PKM – AI




1. Judul                     :    Penggunaan Garam (NaCl) dan Ekstrak Lengkuas (Alpina galanga SW) sebagai Pengganti Antibiotik untuk Mengatasi Infeksi Jamur Saprolegnia sp. pada Ikan Patin

2. Sumber Penulisan    :  Program Kreativitas Mahasiswa  Penelitian (PKMP)

3. Nama Penulis          :  1.  Zaldi
                                 2.  Lindha Yulianti
                                       3.  M. Yusuf

4. Tahun                      :  2009

5. Judul Karya            :  Penggunaan Garam (NaCl) dan Ekstrak Lengkuas (Alpina galanga SW) sebagai Pengganti Antibiotik untuk Mengatasi Infeksi Jamur Saprolegnia sp. pada Ikan Patin

6. Tempat Kegiatan    :  Laboratorium Basah Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas muhammadiyah Pontianak



Surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya.




Mengetahui                                                                      Pontianak, 22  Maret 2010
Ketua Jurusan/Program Studi                                                   Penulis Utama,



 (Farrida, S.Pi, )                                                                           ( Zaldi )
 NIDN.1111098202                                                             NIM. 061110346


Panduan PKM_AI dapat di download disini  

1 komentar: